Posted by: hagemman | December 21, 2009

TSUNAMI ACEH TERBESAR ABAD KE-21

Gelombang tsunami Aceh tergolong terbesar sepanjang sejarah dalam hal jumlah korban jiwa yang tewas. Sedangkan dilihat dari ketinggiannya, kesimpulan sementara menunjukkan gelombang pasang laut itu tertinggi setelah tsunami akibat letusan gunung Krakatau pada tahun 1883, yang mencapai 36 meter dari permukaan tanah.

Di Lhok Nga yang berada di tenggara Meulaboh diketahui tsunami mencapai ketinggian 34,5 meter. Ini merupakan yang tertinggi yang dapat dilihat dari terjangan tsunami pada pohon kelapa yang masih bertahan. Sementara itu di Meulabih – lokasi terdekat dengan pusat gempa di Samudera Hindia – belum ditemukan tanda-tanda yang menunjukkan ketinggian tsunami. Diduga kuat tsunami di daerah ini lebih tinggi daripada di Lhok Nga.

Inilah kesimpulan peneliri dari International Tsunami Survey Team (ITST) yang melakukan survei lapangan ke Banda Aceh dan Sumut, 19-30 Januari lalu. Ada 33 peneliti dari Turki, Jepang, Rusia, Amerika Serikat, Prancis, dan Indonesia yang memaparkan hasil penelitian di Jakarta, Senin (31/1).

Menurut Dr Ir Subandono Diposantono dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), tim yang dibagi dalam 3 kelompok menyisir pantai di Kabupaten Serdang Bedagai – Sumut, dan Pulau Simeulue, dan pantai barat Aceh dari Meulaboh (Aceh Barat) hingga Nagan Raya.

Di bagian lain survei dilakukan di Banda Aceh, Lhik Seumawe, Sibolga, dan Pulau Nias. Sementara kelompok lain melakukan pengukuran run-up dan penetrasi gelombang di Banda Aceh dan Sabang.

Secara keseluruhan tim telah mengukur detail seluruh daerah bencana tsunami, yang menyangkut karakteristik gelombang tsunami, tingkat kerusakan yang ditimbulkan, serta studi mengenai paleo tsunami melalui identifikasi tsunami deposit pada lapisan tanah.

Paleo tsunami

Para peneliti melakukan penggalian untuk melacak riwayat terjadinya tsunami atau paleo tsunami hingga ratusan sampai ribuan tahun lalu.

Pakar tsunami dari Turki Prof Dr Dogan Perincek, menjelaskan, dari lapisan sedimen yang tampak pada lubang yang digali 40 meter di Simeulue, diketahui pulau tersebut pernah mengalami tsunami sekitar 500 – 2000 tahun lalu.

Dari hasil pencatatan dan pengukuran yang dilakukan tim, di Simeulue, khususnya bagian utara, tinggi gelombang maksimum tercatat 15 meter, sementara tinggi gelombang di bagian selatan maksimum 3 – 4 meter.

Namun, jumlah korban jiwa hanya 8 orang dari 78.000 lebih penduduk Simeulue. Hal ini dimungkinkan karena penduduk Simeulue telah memiliki pengetahuan tentang tsunami dan memiliki standard operation procedure.

Di Simeulue, ujar Subandono, tim menemukan adanya perubahan geomorfologis pantai. Di bagian utara, yang berjarak sekitar 41 km dari episentrum terjadi kenaikan permukaan pantai 1 hingga 1,5 meter. Hal ini sangat jelas terlihat dengan tereksposnya terumbu karang dan juga mangrove. Sementara di bagian selatan dan timur pulau terjadi penurunan.

Tim mencatat adanya kenaikan air laut di pantai Sibolga (2,5 m), Sirombu Pulau Nias (5 m), Banda Aceh (20,3 m), Lhik Nga (34,5 m), dan Ule Lheu (15,6 m).

Tim melaporkan, dari garis-garis yang tampak pada tembok bangunan yang tersisa, diketahui bahwa gelombang tunami di beberapa lokasi di Aceh dan Sumut terjadi dua hingga lima kali.

Akibat gempa dan tsunami terjadi subsidensi atau penurunan pantai sejauh 57 meter di Banda Aceh. Hasil survei dari ITST akan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Sumber  :

Tsunami Aceh Terbesar Abad Ke-21 | Kompas, 01.02.2005


Responses

  1. ahhh, mas jangan asal copy paste, Tsunami terbesar itu bukan Di aceh, tetapi di Alaska…baca di http://geology.com/records/biggest-tsunami.shtml


Leave a comment

Categories