Posted by: hagemman | April 10, 2009

BALADA SWIKE

0012Sebulan lalu saya blusukan dengan Teman-teman di wilayah Ketanggungan antara Brebes – Tegal hanya untuk berburu makan siang dengan menu swike kuah dan goreng tepung swike alias kodok. Jujur saja luar biasa enak dan bikin ketagihan. Tetapi ketika saya sadar soal kodok, beneran saya harus bertobat total dari kecintaan makan swike. Maka buat menebus dosa, saya kutipkan tulisan di bawah dari artikel Kompas, 18.12.2008 halaman 14 khusus bagi Anda.

Di dunia ini ada kurang lebih 6.000 jenis kodok dan sebanyak 5.915 sudah ditelaah statusnya oleh IUCN (International Union for Conservation and Natural Resources). Ternyata dari jumlah yang ditelaah tersebutada 1.893 jenis kodok yang terancam dan menuju kepunahan. Di Indonesia sendiri diketahui ada 351 jenis kodok yang telah berhasil dideskripsikan dan 100 jenis kodok lainnya masih belum dideskripsikan. Saking pentingnya sang kodok maka Tahun 2008 lalu IUCN mencanangkan sebagai Tahun Kodok (Year of Frogs).

Lantas seberapa jauh sikh pentingnya sang kodok ini ?  Mari kita simak bersama. Kodok merupakan jenis hewan yang amat sangat terikat dengan habitatnya. Kodok sangat peka terjadap perubahan lingkungan. Kepekaan kodok inilah yang membuatnya menjadi istimewa, karena kepekaan itulah yang dapat dijadikan indikator terjadinya perubahan lingkungan di sekitarnya. Itulah mengapa IUCN dan para ahli biologi dan konservasi menetapkan Tahun 2008 sebagai Tahun Kodok, karena rentannya eksistensi kodok akibat isu pemanasan global dan besarnya ancaman dari dampak lingkungan.

Untuk Indonesia, ancaman terhadap populasi dan keanekaragaman kodok adalah hilangnya habitat alami kodok, seperti penggundulan hutan hujan tropis, pencemaran air sungai (karena limbah rumah tangga dan logam berat) dan konservasi lahan basah menjadi areal perkebunan serta perumahan. Di sisi lain pemanfaatan berlebihan serta serangan penyakit jamur dan virus tercatat sebagai ancaman yang dihadapi sang kodok.

Saking pekanya kodok ada banyak jenis yang tidak tahan terhadap polusi dan umumnya akan mati pada tingkat metamorfosis dari telur menjadi berudu, sedangkan jenis-jenis lain yang tahan umumnya akan mengalami pertumbuhan tidak normal atau cacat pada tangan atau kaki yang sangat berperan pada proses kawin kodok. Bila bentuknya tidak normal atau tidak tumbuh, tentu berpengaruh pada berlanjutnya keturunan jenis kodok terkait. Akibatnya berangsur-angsur jenis yang tahan terhadap polusi air pun akan juga punah.

IUCN menetapkan beberapa jenis kodok Indonesia berstatus CR (Kritis) dan Rentan (VU), yaitu :

– Kodok Merah (Leptophryne cruentata) | Status CR

– Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni) | Status CR

– Kongkang Jeram (Huia masonii) | Status VU

– Kodok Pohon Mutiara (Nyctixalus margaritifer) | Status VU

– Kodok Pohon Kaki Putik (Philautus pallidipes) | Status VU

– Kodok Pohon Jawa (Rhacophorus javanus) | Status VU

Hal lain lagi yang potensial mengancam turunnya populasi kodok adalah negara kita dikenal sebagai negara pengekspor daging paha kodok. Dengan tujuan ekspor diantaranya Belanda, Prancis, Belgia, Portugal, Hongkong dan Korea. Ada dua jenis kodok yang terancam oleh sebab hal ini yaitu Kodok sawah (Fejervarya spp) dan Kodok arus deras (Limnonectes spp) dan keduanya berukuran besar (termasuk dalam kelompok macrodon).

Jenis kodok lain yang dimanfaatkan hanya kulitnya karena dagingnya mengandung racun adalah jenis Kodok berkulit kasar (Bufo spp). Kulit kodok jenis ini digunakan sebagai bahan baku sarung tangan dan pelbagai produk lainnya.

Catatan  :  Tulisan diatas termasuk juga sumber Kompas mempergunakan istilah kodok digunakan untuk jenis hewan ini yang lazim kita konsumsi, misalnya. Yang seharusnya disebut katak. Sementara kodok mengacu pada jenis hewan yang kerap ditemukan di sela-sela batu yang tidak dikonsumsi oleh kita. Oleh sebab perbedaan tampilan dan anatomis, sehingga kodok dan katak itu sebenarnya tidak sama. Agar tidak membingungkan Anda berikut adalah perbedaan katak dan kodok.

Katak memiliki : (a) kulit yang halus dan berlendir, (b) Kaki yang panjang dan kuat, (c) Kaki belakang yang berselaput, (d) Dua mata yang menonjol dan (e) Bertelur dalam klaster.

Kodok memiliki : (a) Kulit yang kering dan berbintil, (b) Badan yang buntek dengan kaki belakang pendek, (c) Kelenjar paratoid di belakang mata dan (d) Bertelur dalam rantai yang panjang.

 

Sumber : Kodok, Indikator Perubahan Lingkungan | Kompas, 18.12.2008 – Halaman 14


Leave a comment

Categories