Posted by: hagemman | July 31, 2010

DEMOKRASI BERBAGI

Alasan yang mendukung sistem demokrasi seringnya mengacu pada superioritas nilai-nilai yang dianggap mendasari demokrasi, seperti kebebasan, kesetaraan, dan pluralisme.

Tanpa menafikan pentingnya nilai-nilai tersebut, perlu juga kita pikirkan alsan lebih praktis mengapa demokrasi merupakan sistem terbaik untuk memecahkan masalah di era global. Wajar kita bertanya bagaimana demokrasi mampu mengelola keragaman yang begitu tinggi yang dimiliki Indonesia dan membuat keragaman jadi kekuatan utama bangsa ? Jika memang mampu, lalu bagaimana caranya ?

Secara konseptual, tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana mengelola keragaman. Keragaman perlu dikelola untuk menekan konflik dan yang lebih penting adalah pemanfaatan keragaman untuk menyelesaikan berbagai masalah. Keragaman adalah modal utama bangsa untuk sintas dalam dunia global yang semakin terkoneksi satu sama lain. Globalisasi memberikan dampak positif dan negatif, tetapi yang pasti globalisasi meningkatkan ketidakpastian.

Ketidakpastian muncul dari terbentuknya koneksi-koneksi baru sehingga apa yang terjadi di tempat lain akan dengan cepat terasa efeknya oleh kita. Efek jejaring inilah yang meningkatkan ketidakpastian. Akibatnya, perubahan terjadi dengan cepat sehingga solusi terbaik saat ini akan cepat kadaluwarsa.

Membangun relasi

Keragaman adalah senjata utama menghadapi dunia yang cepat berubah. Dengan adanya keragaman, kita bisa mendapatkan dua hal. Pertama, keragaman memungkinkan kita untuk mencoba banyak ide secara simultan dan cepat menemukan solusi. Kedua, karena di era global dunia berjalan begitu cepat sehingga solusi suatu masalah cepat menjadi usang, keragaman menjamin adanya regenrasi ide sehingga ide-ide baru selalu muncul.

Keragaman ini harus dikelola dan tak dilepaskan begitu saja pada “mekanisme pasar”. Mekanisme pasar memiliki kecenderungan melakukan segmentasi yang berujung pada individualisme. Kebebasan individulah yang mendasari kompetisi pasar. Sayangnya, individualisme ini cenderung melemahkan  demokrasi. Dalam demokrasi praktis, individu hanya memiliki arti politis jika ia berkelompok.

Tidaklah heran ketika Tocqueville yang mengamati demokrasi di Amerika pada abad ke-19 mengatakan, dalam demokrasi, pengetahuan untuk membuat kombinasi atau relasi adalah ibu dari segala pengetahuan, yang lain hanyalah turunan dari pengetahuan relasional tersebut. Artinya, d emokrasi hanya berjalan baik jika kita tahu bagaimana membangun relasi-relasi yang bermanfaat dan bermakna. Membangun relasi ini dilakukan dengan berbagi, bukan semata-mata hanya dari kompetisi.

Berbagi adalah perilaku tradisional yang kembali bergaung kuat di abad ke-21 karena teknologi internet. Basis data pengetahuan terbesar di dunia, Wikipedia, dibangun dengan semangat berbagi. Inovasi terkini teknologi digital berkisar sekitar usaha agar orang dapat lebih mudah berbagi dalam media sosial. Yang utama di sini bukanlah mencari alasan kenapa orang berbagi. Orang berbagi bisa karena muncul dari altruisme atau egoisme. Yang penting di sini bukanlah mengenai motivasi berbagi, melainkan adanya sistem yang memudahkan orang untuk berbagi.

Namun, keragaman juga tak dapat dikontrol secara terpusat karena justru akan menghilangkan keragaman itu sendiri. Yang bisa dilakukan, mengelola keragaman melalui desentralisasi. Jika kita pakai asumsi bahwa orang yang paling mengerti masalah adalah orang yang mengalami masalah itu sendiri, maka yang bisa memecahkan masalah lokal hanya masyarakat lokal sendiri.

Desentralisasi artinya memberikan inspirasi bagi massalah merelah mereka sendiri. Pusat membantu dengan membuat sistem yang membuat lokalitas dapat saling berbagi pengalaman dan belajar memecahkan masalah. Misalnya, dengan membentuk jejaring peer group yang dinamis.

Desentralisasi tidak sama dengan kecilnya peran pemimpin.  Desentralisasi memberi arti baru bagi kepemimpinan. Dalam sistem terdesentralisasi tantangannya adalah menciptakan cascade of leadership sehingga kepemimpinan terdistribusi dari level tertinggi hingga individu. Faktor penting untuk menciptakan kepemimpinan yang terdistribusi adalah perlunya tipe pemimpin inspirator yang mampu memberikan inspirasi bagi bawahannya untuk jadi pemimpin di lingkup dia sendiri. Contoh sukses organisasi politik yang mampu menndistribusikan kepemimpinan adalah organisasi kampanye Barack Obama. Obama tentunya seorang pemimpin kharismatik. Namin, karisma saja tidak cukup.

Demokrasi praktis

Seperti dikatakan ahli strategi utama Obama yang juga dosen di Universitas Harvard, Marshall Ganz, keberhasilan Obama banyak berutang dari sistem organisasi yang dibangun, di mana meskipun Obama tetap memegang kendali utama, dibentuk organisasi dengan disiplin tinggi yang mendistribusikan kepemimpinan sampai tingkat terendah. Organisasi ini dibangun bukan sekadar untuk mereplikasikan ide dan narasi Obama, melainkan lebih untuk memunculkan narasi personal yang muncul dari bawah yang terus bergulir membentuk gerakan akar rumput.

Yang menjadi lawan kepemimpinan inspiratif adalah feodalisme. Feodalisme memberikan insentif bagi individu untuk menghamba dan mematikan kreativitas untuk memecahkan masalah. Feodalisme mendorong kelompok lokal lebih berusahjsa menyenangkan atasan daripada menyelesaikan masalah di bawah. Mengabaikan pemberdayaan lokal dapat jadi bumerang.

Sebagai contoh, Partai Republik di AS yang terbiasa melaksanakan sistem  top-down pun sekarang ini mulai menggarap dukungan akar rumput. Partisipasi akar rumput adalah kekuatan terbesar demokrasi sekaligus legitimasi tertinggi. Sudah saatnya kita serius berusaha membuat demokrasi berjalan baik secara praktis ; tidak hanya memuja-muja nilai demokrasi itu saja.

Untuk mencapainya, menciptakan sistem yang mempermudah individu dan kelompok saling berbagi sehingga terjadi saling belajar yang menghasilkan inovasi menjadi penting. Konsisten terhadap desentralisasi dan kepemimpinan inspiratif yang tidak feodal dan melampauai figuranisme menjadi syarat utamanya.

Sumber  :  Demokrasi Berbagi | Roby Muhamad, Dosen Fakultas Psikologi UI | Kompas, 14.06.2010


Leave a comment

Categories