Posted by: hagemman | July 12, 2009

WISATA SINGKAT HITLER DI PARIS

HITLER DI PARIS“ Semenjak Stalingrad saya selalu merupakan seorang komandan yang malang. Saya selalu bernasib harus melindungi bagian belakang dari tentara Jerman, dan setiap kali pula saya diharuskan merusakkan kota yang saya tinggali, “ kata Jenderal Dietcrich von Choltitz, “ Sekarang saya akan terkenal dalam sejarah sebagai orang yang menghancurkan Paris.”

Itu ucapan von Choltitz sebagai pemegang komando militer Jerman di Paris saat kota ini diambang kejatuhannya ke tangan Sekutu, soalnya antara tanggal 19 – 20.08.1944 ia memperoleh perintah pribadi Adolf Hitler untuk mempertahankan Paris hingga saat terakhir dengan merusakan semua jembatan di atas Sungai Seine yang membelah kota, serta menghancur-lantakkan Paris.

Karena tidak kunjung ada ujud pelaksanaannya, Hitler pun mengulangi perintah yang sama kepada Kepala Staff Tentara Grup B, Jenderal Hans Speidel pada tanggal 23.08.1944, yang notabene atasan von Choltitz. Hanya satu hal yang tidak diketahui Hitler, bahwa kedua jenderalnya ini adalah pecinta berat kota Paris, bahkan keduanya fasih berbahasa Prancis, yang sarat dengan peninggalan sejarah. Mereka berdua telah sepakat secara pribadi jauh sebelum pendaratan Sekutu di  Normandia bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan berupaya untuk tidak menghancurkan kota Paris.

Memang Paris tidak jadi dihancurkan dan keindahannya masih kita nikmati saat ini, berkat upaya diplomasi konsul Swedia Raoul Nordling antara pasukan Sekutu dan Jerman sebagai pihak yang kalah. Jenderal von Choltitz menyerah bersama pasukannya pada tanggal 24.08.1944 ke tangan Sekutu. Hitler pun murka lalu memerintahkan agar Paris dihujani bom terbang V-1 dari udara dan mortir-mortir raksasa 88 mm,  tetapi kembali perintah ini digagalkan oleh Jenderal Gunther Blumentritt yang ternyata juga lagi-lagi pecinta berat kota Paris dengan alasan rasional yaitu demi strategi militer ketimbang membuang amunisi percuma yang logistiknya kian terbatas  ; setidaknya itu yang dikatakan kemudian hari oleh seorang jenderal Jerman lain, bernama Bodo Zimmerman.

Paris sungguh memiliki pesona luar biasa bagi siapa pun.Sejarah pun mencatat bahwa empat tahun sebelumnya seorang Adolf Hitler dengan rombongan kecilnya melakukan kunjungan wisata dadakan menembus kabut yang masih menyelimuti kota. Hal itu dilakukannya sehari sesudah Prancis menyerah, yakni tanggal 23.06.1940 tepat pukul 06.00 pagi.

Seorang penjaja koran di Place de l’Opera terpaku dan tidak mempercayai matanya sendiri ketika ia melihat Hitler, sang Penakluk Prancis, berdiri tidak jauh dari dirinya dan berlaku bak seorang wisatawan dengan rombongannya. Tapi seorang wanita Paris lainnya begitu terkejut dan masih sempat tergesa lari bak melihat hantu sambil berteriak, ” Ya Tuhan, dia ada disini “. Kita bisa memahami keterkejutan warga Paris ini, soalnya baru sehari negerinya diduduki dan keesokan harinya sang penakluk berdiri dihadapan mereka. Hitler datang bersama para ajudan, pengawal bersenjata dan uniknya ia membawa serta dua seniman kesayangannya, arsitek Albert Speer dan pematung Arno Breker. Karena buat dirinya selain perjalanan kemenangan pribadi juga semacam wisata budaya.

RUTE HITLER DI PARISKunjungan singkat dan rahasia itu hanya berlangsung 3 jam dan terkesan acak-acakan jika dilihat dari tempat-tempat bersejarah yang dikunjungi serta jalur yang dilalui. Dari Gedung Opera dimana dengan bangga ia mengatakan bahwa ia tahu ada sebuah ruang yang hilang setelah berkunjung ke bagian dalam gedung, ternyata benar karena ruangan itu sudah ditutup dengan tembok pada renovasi sebelumnya ; maklum Hitler amat fasih dengan arsitektur gedung bersejarah ini. Lalu rombongan kecil itu kemudian melaju ke Madeleine, mengelilingi Arc de Triomphe kemudian berhenti dekat Menara Eiffel. Kemudian dilanjut mengunjungi makam Napoleon Bonaparte di Les Invalides. Di makam ini sambil menatap peti jenazah dari batu porfiri, tempat sang Penakluk Eropa terakhir terbaring, Hitler bergumam, “ Inilah saat yang paling indah dalam hidupku.”

Perjalanan kemudian dilanjutkan untuk singgah sejenak di Pantheon, Hotel de Ville dan gereja Sacre-Coeur. Lalu kemudian mereka melaju ke bandar udara Le Bourget sekitar pukul 09.00, di sana ia sudah ditunggu lalu dikerumuni para prajurit Jerman yang mengaguminya. Hitler terlihat santai dan riang ketika berdialog dengan mereka sebelum terbang pulang ke markas besarnya. Bahkan tercatat pula selama perjalanan pulang seperti banyak wisatawan lainnya, ia pun merasa gembira. Hari itu Adolf Hitler bak seorang wisatawan yang melakukan paket kunjungan ke 10 kota sekaligus.

Jadi dua perintah yang pernah ia berikan, untuk menghancurkan Paris ketimbang jatuh ke tangan Sekutu, pada para jenderalnya besar kemungkinan lebih disebabkan keterdesakan nan sangat baik di Front Barat setelah Pendaratan Normandia, maupun di Front Timur ketika pasukannya babak belur harus menarik diri dari Rusia. Soalnya dalam banyak kesempatan jika berdiskusi soal seni, Hitler kerap menyatakan kecintaannya pada Kota Paris ketimbang Kota Wina saat ia menggelandang hidup sengsara dengan gaya bohemian pada tahun 1930-an.

Sumber  :

Perang Kilat – Time Life Books
Perang Eropa, Jilid III – P.K. Ojong
The Nazi War Machine – Christopher Chant


Responses

  1. ternyata ehh ternyata hitler,…
    pecinta seni jga he he he he,,……


Leave a comment

Categories